10.30.2008

Bismillah

BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM
ALHAMDULILLAHI RABBIL ALAMIN.* WASSALAATU WASALAAMU ALA SYAIDINA MUHAMMADIN WA ALA ALAIHI WASAHBIHI AJMAIN.-
= INI SUATU FASAL PADA MENYATAKAN TAKBIRATUL IKHRAM =
= ALLAHU AKBAR =

Allah inilah rupa Makarnih Kamaliah, Akabar inilah Rupa Makarnih, Arfiah, adapun yang masuk didalam takbiratul ikhram delapan kelebihannya yaitu empat pada Allah dan empat pada Muhammad. SAW.
Maka yang empat pada Allah yaitu : TAUHID, ZAT, KEDUA TAUHID SIFAT, KETIGA TAUHID ASMA dan KEEMPAT TAUHID AF, AL, dan yang empat pada Muhammad yaitu : NAFSIHI, SALBIHI, MA, ANI dan MAANUHI. Dan adapun Allah itu QASYAD semata-mat dan AKBAR itu TAKRUZ dan TAKYUN, Dan adapun Qasyad yang disini empat bagian yaitu : Qasyad KA, BAH, QASYAD TUBUH, QASYAD HATI dan QASYAD RUH, Dan TAKRUZ itu dua bagian yaitu Takruz Afzaani dan Takruz Hakiki dan Takyun itu dua bagian yaitu TAKYUN JASMANI dan TAKYUN RUHANI. Ketahui oleh mu hai thalib bermula sembahyang itu terhimpun huruf delapan sifat yang ketujuh maka inilah jalan kita sembah dan yang suci ya¬itu ZAT yang WAJIBUL WUJUD QADIM lagi AZALI lagi BAQA maka jalan inilah tuntut olehmu sekalian kepada guru yang Mursid serta tuntut sekalian yang hak atas kamu supaya berguna amal pada hari yang kemudian, Ketahui olehmu hai thalib adalah Hakekat Tabirat ratul ikhram itu empat yaitu : IKHRAM, MI ,RAJ, MUNAJAD dan TABDAL dan arti Ikhram yaitu GARAM dan MUNAJAD yaitu berbisik dengan Tuhan dan MI’RAJ yaitu NAlK dan TABDAL yaitu tersalin dan terganti Wallahu Alam Bissaubi. Adapun Ikhram yaitu Garam didalam laut kekasih dan keelokannya seperti Firmannya :WAZKURU RABBIKA IZAA TASBIYTA, artinya Ingatlah olehmu akan Tuhanmu tatkala engkau lupa maka yang diingatkan itu didalam laut kekasih, karena tiada dipandang didalam ikhram lain dari pada WUJUDULLAHU TAALA. Dan adapun Mi’raj yaitu Naik Martabat pandangan dengan sempurna-Nya tanya kepada kehadirat Ma’budnya. Bermula yang nyata itupun di¬dalam sebenar-benarnya penglihatan yang sajatnya itu jua yaitu lah naiki pandangan yang sempurnanya kepada Makam yang tiada Nyata dengan sempurnanya seperti kata fakir jangan berhenti kita penglihatan diri kita kerena penglihatan kita itu akan jauh pada kita. Maka jauhnya itulah selagi ada berpandangan itu kita dengan dia itu karena pada orang yang memandang itu nyata penglihatannya yang dipandang dari karena inilah jikalau hilang pendang didalam yang dipandang itu niscaya sempurnalah damping kepadanya dan inilah dia artinya Mi’raj yang sebenar-benarnya. Maka keluluar dari pada sesuatu yang lain yaitulah Mi’raj namanya.

Seperti Firmannya Allah didalam Hadist Qudsyi : UKHRUJU ANIL AJ SAAMU WARRUUHI AKHRUJU MINAL HUKMI WAL AMRI FATA, TUNANIY, artinya Keluarlah oleh kamu dari pada batang tubuhmu dan nyawamu maka keluarlah kamu dari pada hukumku dan dari pada suaraku maka sampailah kamu kepadanya. Artinya : tiada ada suaranya akan ke adaan dirinya hanya semata-mata karunia dari padanya jua yaitulah MI’RAJ sempurna terlebih sempurnanya. Dan adapun Munajad itu artinya berbisik karena semua puji-pujian dari sembahyan itu yaitu menunjukkan akan firmannya yang sedia. Artinya Allah Subuhanahu Wata’ala berkata-kata akan dirinya dan memuji-muji akan dirinya maka menzahirkan jalan dari pada lidah kita. Sebab itulah berkata kata kita dengan katanya maka memuji-muji kita dengan pujiannya yaitulah akan menyempingkan kata kita kepadanya, maka baik kita dengan dan pintah kita dengan dia yaitulah memuji-muji dirinya seperti Firmannya : WAZKURUUNI AZKURUKUM WASKURUULI WALAA TAKFURUN, Artinya : Ingatlah oleh kamu akan daku niscaya aku ingat akan kamu dan syukurlah kamu kepada-Ku dan janganlah kafir kamu kepadaku yakni syukurkan nikmatku dan jangan kamu ingkar akan dia maka tiadalah kita berhenti suruh dan yang disuruhnya seperti fakir yang tersebut disini pandangannya yaitu memuji dan mendengar didalam mengingat dia dengan pujiannya dan memandang dia dengan pandangannya yaitulah menggerakkan dengan penggeraknya dan menyempurnakan kekasihnya. Dan adapun TABDAL itu artinya tersalin dan terganti dan karunianya yang meliputi dia dari karena inilah karamlah sifatnya didalam sifat Allah dan Af’alnya didalam Af’alullah dan Wujudnya didalam WUJUDULLAH umpamanya seperti bintang FANA didalam cahaya mata hari maka hilanglah cahaya bintang sebab diliputi oleh kena cahaya mata hari itu. Maka yaitulah Tabdal sempurna namanya. Dan kata setengah Ulama dari padanya jika telah hilang bayang-bayang yang didalam Cermin itu maka barang sekehendaknya dan seolah-olah ia jua seperti yang ada dahulu dari pada nya. Sekarang inilah tersembunyi didalam kandungan, karena tiada ada keadaan dirinya ia jua yang sendiri kekal sidia didalam kerajaannya lagi yang memuji akan dirinya tiada ada yang lain dari padanya demikian Ikhram, Mi’raj, Muna jad dan maka habislah sekalian itu terkandung oleh TABDAL. Maka arti TADAL TABDAL itu yaitu karunia segala Peri yang empunya Karunia akan hamba-hambanya maka apabilah hendaklah didampingkan kepadanya Niscaya dihilangkan keadaan hambanya didalam keadaannya, Demikianlah didampingkan ia didalam sembahyang seperti kata ini : TUBDALUL AJSAA DU BINUURI RABBIH. artinya : Ditukarkan cahaya dirimu digantikan cahaya Tuhannya. Dan murad dari pada digantikan itu yaitu dihilangkan gelapnya digantikan cahayanya yakni terang dan dihilangkan Fanaa digantikan Baqa dan dihilangkan Hina digantikan Mulia dihilangkan Dhaif digantikan kuat dihilangkan Fakir digantikan kaya dan inilah pengganti peroleh pada Makam Tabdel = Al-ANWWARU MUTHAYAL QULUBI WAL ASYRAR. Artinya bermula segala Nur itu kenderaan segala Hati kepada kedadirat Tuhan yang mengetahui segala yang Ghaib dan kenderaan segala Rahasia kepada kehadirat Tuhan yang maha kuasa dengan kenyataan segala Ilmuddiyniy oleh hakim, Syahidan barang siapa hendak menuntut ilmu yang memberi manfaat maka hendaklah mereka itu rnengenal dan mengetahui yang empat perkara ini supaya lepas ia dari pada Qadiri dan Jibrih maka dapat capai ia Ahlul Sunah Wal Jama’ah. Bahwa kita memohon Taufik akan dia bukankah yang empat parkara ini maka adalah kita peroleh untung dan bahagia yang empat besar dengan kebesarannya dan ini¬lah jalan ahli Allah dengan empat Therekat, pertama Ikhram kedua Mi’raj, ketiga Munajad dan keempat Tabdal. Dan adapun tujuan Ikhram itu karam dari pada IRULLAH dan dipandang JALALILLAH. Dan tujuan Mi’raj yaitu naik dari pada Alain Syahadat kepada Alam Musyahidah dan dari pada Alam Musyahidah kepada Alam Ghaib dan dari pada Alam Ghaib kepada Alam Ghuyub, dan dari pada Alam Ghuyub kepada Alam Mulku dan dari pada Alam Mulku kepada Alam Malakut dan cari pada Alam Malakut kepada Alam Jabirut maka Alam Jabirut itu¬lah ditabdalkannya artinya dihilangkan dari padanya segala sifat Basyarihnya maka ditabdalkan sifat ABUDlAT maka tajli sifat Allah yang bernama RAHIM maka Jalali dan Jamali inilah Tabdal namanya Wollahu Alam hai segala yang berjalan kepadn Allah tuntut olehmu akan sempurna Sembahyang dan jangan kamu meninggalkan sembahyang itu karena sembahyang itu amalan syareat dan Hakekat dan ma’rifat inilah sebab tiada dapat kita tinggalkan sembahyang itu. makanya telah sembahyang itu semata-mata Rahmat sehabis-habis besar kewajiban kita menuntut dan mengenal hakekatnyn itu, dan usahakan menuntut kepada guru yang mursid dan mengambil ketahui gurunya akan memberi manfaat dengan dia.

INI FASAL PADA MENYATAKAN NIAT SEMBAHYANG
Bermula Niat itu dua bagian yaitu pertama Niat Wasal dan Niat Syah waktu. Adapun Niat Wasal itu yaitu AZALI dan HAKIKI. Ban adapun Niat Syah waktu itu yaitu ABAD dan MAJAZIY. Bermula Niat Wasal itu terkandung dua MARTABAT yaitu KAMALIAH dan ARFIAH dan Niat ayah waktu itu terkandung dua Martabat yaitu MUZU’IHI dan BATTIYHI. Ketahui olehmu USALLI maka padanya itu empat syarat seperti Firman Allah “HUWAL AUWALU WAL AKHIRI WAZZAHIRI WAL BAATINI WAHUA BIRULLI SYAI’IN ALIM”. Artinya : la lah yang awal dan ialah yang akhir dan ialah yang zahir dan inilah yang bathin dan ialah diatas tiap-tiap sesuatu yang amat mengetnhui. Ketahui olehmu awal tiada permulaan baginya dan akhir tiada kesudahan kepadanya dan zahirnya itu terlebih sangat nyata atasnya dan bathinnya itu tetap tiada berubah hakekatnya selama-lamanya. Ketahui olehmu zat adalah MAANI USALLI yang empat isyarat dahulu itu maka yaitu mula-mulanya :

KHATAR kedua AZAM ketiga QASYAD dan keempat NIAT inilah hakekat NIAT seperti kata IMAM NAWAWI : WANNIAATI BILHARFIN WALASAUTI Artinya : Hakekat Niat adalah sesuatu hal keadaan disertakan dengan perbuatan, maka didalam kawasan Niat itu dinamai dia KIIATAR dan Kerlembanan Niat dengan Fi’il itu dinamai AZAM dan dahulu dari pada Niat dinamai dia QASYAD maka apabila dimulai serta perbuatan itu dinamai dia Niat : WANNlATU BILA KHAFFI WALA SAU'Tl. Bermula Niat itu tiada dengan huruf tiada dengan suara? Maka ketahui oleh mu apabila takluk Niat itu kepada Makam Kamaliah maka alamatnya Niat itu kepada Makam ARFIYHI, maka alamatnya itu ada suara, Dan Takluk Niat itu kepada Makam NUZUIYHI maka alamatnya itu ada suara dengan tiada huruf. Dan apabila takluk Niat itu kepada makam Bastiyhi maka alamatnya itu ada huruf dengan tiada suara, Dan apabila terhimpun yang empat bagian Niat itu kepada dua Makam dinamakan dia Alam HALKI dan kedua Alam AMRI suatu dari padanya Alam FANA’A kedua dari padanya Alam BAQA maka adalah Suatu dari padanya Alam Fanan itu padanyalah tertakluk NIAT NUZU’IHI dan BASI,IHI maka keduanya kekal jua keduanya dari pada Alam BAQA padanyalah tertakluk Niat KAMALIAH dan ARFIYHI maka keduanya SYAIH disanalah hakekat huruf delapan. Ketahui olehmu tiada sempurna segala amal kamu itu melainkan mengetahui dahulu segala yang tersebut itu serta tuntut sempurna itikad kepada Allah jangan bersekutuh dan serakah jangan tersesat Wallahu Alam.

INI SUATU FASAL PADA MENYATAKAN KEADAAN KIBLAT
Ketahui olehmu bermula Kiblat itu terbagi disini tiga bagian maka yaitu : Kiblat Tubuh, Kiblat Hati dan Kiblat Ruh. Maka adapun Kib¬lat tubuh yaitu Baitullah dan Kiblat Hati yaitu Ruh dan Kiblat Ruh yaitu Rahasia yang tersembunyi, maka tiada dapat dan tiada di atas seseorang yang mengerjakan sembahyang, maka mengetahui Kiblat yang tiga ini. Maka ketahui olehmu bahva tuan baitullah itu Zatullah maka selagi kamu belum tahu akan Zatullah yakni Tuan Baitullah itu maka hidup kamu itu membawa berpaling dibelakang karena Syareat Nabi itu Maha suci dan Maha Mulia tiada berkehendak turut turutan dan tiru-tiruan dan bila mengikut telunjuk dan jahil pada pengetahuan maka suci syareat Nabi dari pada yang demikian ini me¬lainkan berkehendak kepada syareat itu pengetahuan dan siasat dan Tauhid dan Ikhlas dan Benar selagi belum peroleh yang demikian ini maka orang itu tergantung kepada lehernya jua tiada diterima amal dengan Jahil seperti katanya : KUL JAHILU FIY NAARI JAHANNAM Yani kota olehmu yang jahil itu tempatnya didalam neraka Jahanam karena itulah Sabda Nabi Sellallahu Alaihi Wassalam. Thalbul Ilmi Minal Mahdi Ilalhadi, Artinya : tuntut olehmu Ilmu beranak hingga sampai kepada liang Lahat yakni sampai mati.

sampai panjang-panjang masa itu. Ketahui olehmu bukannya Imu itu bukannya Ilmu itu seperti Ilmu hendak jadi Qadha dan bukannya Ilmu itu Ilmu BILISAANI yakni Ilmu yang dibaca-baca itu bukannya seperti ini sahaja yang dimaksudkan didalam Hadist ini tetapi yang dimaksudkan pada hadist ini ialah semua Ilmu yang ADYAN yakni Ilmu Agama dan Ilmu Bil Janan yakni Ilmu yang Hinaf dengan Tuhannya dan artinya dan segala bekas Af’alullah seperti sabda Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam A’RAFAKUM BIRANIYNI A’RA FAKUM BINAFSlH. Artinya : Terlebih mengenal dari pada kamu akan Tuhannya ialah yang terlebih mengenal ia akan dirinya. Dan adapun yang mengenal dirinya itu maka yaitu yang mengetahui hal Ihwal zahir dan Bathin adanya. Dan jika seseorang sembahyang menghadap kiblat maka di Ma’rifatkan kepada Baitullah ditanah Mekah dan apabila mengikut Imam maka di Ma’rifatkan kepada Qur’an dan banyak yang lain-lain lagi. Maka adakah yang demikian ini dinamai akan dia mengenal diri. Fikir dirimu hai Afilin dan Gahfilin maka di namakan neperti. itu perkataan diatas hanya mengenal di tanah Mekah dan Madinah bukan ia mengenal dirinya yang sebenar-benarnya. Tetapi tiadalah pada ahli Tasauf dan ahli Aswal dan ahli Tahkik dan Ahlullah yang demikian di Ma’rifatkan itu dari karena terlalu dekat oleh tiap-tiap sesuatu dan tiada ia Ma’rifatkan tempuh Jauh seperti itu adanya Wallahu Alam.

INI SUATU FASAL PADA MENYATAKAN POHON LIMA WAKTU DAN POHON SEMBAHYANG DAN POHON FATIHAH PADA PIHAK TAHKIK DAN HAKEKATNYA

FAWAILUL L1LMUSYALLIYINAL LADZIYNA HUM AN SYALAATIHIM SAAHUN, Artinya : Sejahat-jahat celaka mereka yang setmbahyang yakni mereka yang lalai didalam sembahyang murad dari pada lalai ialah yang sempurna ketahui akan sembahyang dan tiada sempurna Ma’rifat diri nya. QAD AFLAHAL MU’MINUUNAL LADZIYNA HUM FIY SALAATIHIM KHASYI’UN, Artinya : Sembah oleh kamu akan Allah hai keadaan kamu Ikhlas baginya mengerjakan Agama. Ketahui olehmu tiada dapat ikhlas kamu baginya melainkan Tasdik dan tiada dapat Tasdik melainkan Yakin dan tiada dapat Yakin melainkan hendaklah nyata tiap-tiap sesuatu. Ke¬tahui bahwa Tuhan berikan sedikit akan jalan mendapatkan yakin. Ketahui olehmu bahwasanya Sembahyang itu beserta Tubuh dari Nyawa karena amalan tubuh itu beroleh akan tubuh dan amalan Nyawa itu beroleh akan Nyawa. Dan adapun amalan tubuh itu dinamai beramal dan amalan Nyawa itu dinamai Iman. Dan artinya amalan Nyawa itu senantiasa tiada lalai ia barang sekejap mata juapun dari pada ingat akan ZAATUL BUKTI maka itulah yang dinamakan sembahyang DAAIM se¬perti Firman Allah “WAHUM ALA SALAATIHIM DAA IMUN. Atas mereka itulah sembahyang, maka barang siapa tiada tahu ia akan amalan tubuh dengan amalan Nyawa maka hidupnya itu tiada sempurna jua adanya. Dan jikalau Nyawa saja ada amalan dengan tiada beserta tubuh maka binasalah tubuh itu dan jikalau tubuh saja ada amalan dengan tiada berserta Nyawa maka syaihlah tubuh itu yakni hanyut dari pada mendapat fahala. Tetapi yang dikehendaki amal itu bagi nyawa jua, karena tubuh itu mengikuti kelakuan Nyawa jua. Akan tetapi janganlah sekali-kali meringankan syareat Nabi yang Mulia yang dinamakan SELUK ISTIQAMAH dan amalan Nyawa itu dinamai SELUK KHASANAH seperti Sabda Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam. AMALAN QALILAN FIY ILMI KHAIRAN MIMA MALIN KASYIRAN FIY JUHULI. Artinya : Beramal yang sedikit didalam ada Ilmu lebih baik dari pada amal yang banyak didalam Jahil, dari karena inilah telah bersabda IMAM MALIK “LAATASIHUL IBAADATI ILLA BIMA RIFATIL MA’BUD, Artinya : Tiada Syah ibadat melainkan dengan mengenal yang disembah. Hai ihwal adalah kamu dari Dada orang yang mengenal barang yang dipersembahkan. Jikalau ada hal yang demikian itu maka ayahlah ibadah kamu bagi Tuhanmu. Ketahui olehmu terlalu sukar didalamnya itu janganlah kamu terburu-buru karena perkataan ini amat Ghaib adanya diatas perkara Sembahyang Firman Allah ta’ala “FA’BUDU RABBIKA HATTA YA’TIYKAL YAKIN” Artinya : Maka sembah oleh kamu akan Tuhanmu supaya kepada engkau Yakin yakni Nyata kepada Itiqadmu se¬perti yang didapati dari pada rencana Ilham ketuhanan demikian. “ASSALAATU LAYISA SIWAA’I WAL USALLI ANHA GHAlB” Hadist Qudsyi Artinya : Bermula sembahyang itu bukan ia lain dari padaku. Dan orang yang mengerjakan sembahyang itu Ghaib artinya Fana’a. Faham-faham dari pada kata ini adalah sembahyang itu dari pada barang yang Gahaib seperti firman Allah taala. “HUD AID LILMUTTAQINAL LADZIYNA YU’MINUUNA BIL GHAIB Artinya : Yang menunjukkan bagi segala orang yang takut ialah mereka yang percaya akan yang ghaib (Akhirat), Ketahui olehmu yang sempurna keadaan hak Allah Khalik dan yang menyembahpun keadaan hak Allah yang Makhluk. Karena Qodrat dan Iradat dari padanya jua. Maka itulah sebab jadi perbuatan dari pada Fi’il hamba firman Allah : WAMAA YA’BUDUUNA ILLALLAH. Artinya : Tiada aku sembah akan zat yang tiada aku lihat, yakni Isyarat kelihatannya didalam lima waktu itu Maha suci dengan mata penglihatan keadaannya. Sebab inilah dikatakan yang menyembahpun keadaan hak Allah Makhluk dan yang disambahpun keadaan hak Allah Halik. Dari karena kenyataan zatnya dan sifatnya. Dan adapun isyarat lima waktu itu tajli zahir serta zatnya dan sifatnya dengan Asmanya karena inilah dikatakan : LAATASYIHUS SALAATU ILLA BIL WAKTI. Artinya : Tiada ayah sembahyang melainkan dengan ayah waktu, karena kenyataan lima tajli hak subahanahu wata’ala maka apabila asirla waktu yang lima itu maka peroleh sembahyangnya. WAMAA YA’BUDUUNA ILLALLAH. Artinya : Tiada mereka sembah melainkan Allah jua. Dan telah berkata mereka yang Arif bermula sembahyang itu dari pada lima waktu maka yaitu : Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib dan Is’ya. Bermula isyarat lima waktu kenyataan Allah yakni kenyataan Zatullah dan kenyataan Sifatullah dan nama zatnya dan nama sifatnya maka inilah berkata baginda Ali Radiallahu Anhu. LAA A’BUDU MAALAA ARAAHU. Artinya : tiada aku sembah akan zat yang tiada aku lihat yakni isyarat kelihatannya didalam lima waktu itu maha suci dengan mata penglihatan keadaannya. Sebab inilah dikatakan yang menyembah pun keadaan hak Allah. Makhluk dan yang disembahpun keadaan hak Allah Khalik. Dari karena kenyataan zatnya dan sifatnya. Dan adapun isyarat lima waktu itu tajli zahir serta zatnya serta sifatnya dengan agamanya karena inilah dikatakan. LAATASYIHUS SALAATA ILLAH BIL WAKTI. Syareat artinya tiada ayah sembahyang melainkan dengan nyata waktu karena pohon sembahyang itu dari pada lima waktu inilah kenyataan lima tajli hak subuhanahu taala maka apabila zahirlah waktu yang lima itu maka beroleh sembahyang. Dan adapun makna sembahyang itu yaitu hal yang maklum dan puji segala anggota dan kata setengah arif. Adapun pohon lima waktu itu dari pada Fatihah, karena ibarat Fatihah itu terbuka dari pada hakekat Muhammad yaitu pertama NUR, kedua RUH, ketiga AKAL, keempat LUHI dan kelima KALAM inilah terbuka dari pada Ilmu Hakekat Muhammadiah, inilah yang bernama perbendaharaan yang tersembunyi seperti firman Allah : SUMMA SAUWAAHU WANAFAHA FIYHI MIN RUUHIHI WAJA ALA LAKUMUS SAM’A. A llah taala sempurnakanlah kejadian Insan dan ia telah ditiupkan padanya dari pada Ruhnya dan ia telah dijadikan baginya itu pendengaran dan penglihatan dan Hati Fuad pada hal sedikit saja kamu terima kasih, maka yaitulah yang bernama Fatihah pohon lima waktu dan yaitulah kenyataan Tuhan sekalian alam dari karena inilah sabda Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam sebagai berikut: LAA SAALATU LIMAN YAKRA’U FATIHATUL KITAB. Artinya tiada sah sembahyang bagi siapa-siapa yang tiada membaca Fatihah dan terbuka dalamnya nyawa dari pada niat Allah taala, maka inilah yang dikatakan Fatihah karena pohon dari pada waktu yang lima itu Fatihah yaitu keadaan lima waktu maka apabila Nyata terbuka dalamnya nyawa itu dari pada Niat Allah taala maka adalah nyata lima waktu kepada kita QALA AHLUL HUSNAA. Adapun Fatihah itu dari pada lima waktu atau huruf ALHAMDU bermula huruf itu yaitu : ALIF, KHA, ALM, MIM dan DAL dan yaitu lima tajli Tuhan. Bermula isyarat dari pada Alif itu yaitu Zat dan Isyarat dari pada LAM itu SIFAT dan isyarat dari pada KHA itu ASMA dan Isyarat dari pada MIM itu AF’AL dan isyarat dari pada DAL itu SYIRULLAH. Bermula lima huruf itu Tajli Rabbil Alamin dari karena itulah berkata Ulamaau MUTHAQADDIMIN LAA TASYIHUS SALAATU ILLAH BIL MA;RIFATI : artinya tiada syah sembahyang melainkan dengan ma’rifat. Bermula isyarat Ma’rifat itu mengenal lima huruf maka yaitu Tajli Tuhan dan isyarat mengenal itu yaitu MA’ANIY ISBAT mengadakan hak subuhanahu wataala maka dinamai Qadim lagi Azali artinya kekal sendirinya zat dan sifat dan Asma dan Af’al dan Syiru. Dan yaitu lima huruf tajli hak subuhanahu Wa taala maka dinamai Alhamdu akan nama yang yang terpuji nama Muhammad dan telah INFAK sekalian ULAMAU. Bermula Fatihah itu ibu segala Qur’an. Dan adapun huruf Alhamdu itu asal dari pada NUTFAT yang sesuatu. Dari karena itu maka makna Alhamdu itu lima perkara yaitu pertama NUTFAT, kedua HURUF, ketiga BARIS DIATAS, keempat BARIS DIBAWAH dan kelima BARIS DIHADAPAN maka jadilah huruf ALHAMDU lima, dikatakan dari pada pohon NUTFAT maka adalah pohon lima huruf Alhamdu itu isyarat dari pada NUTFAT. Bermula ibarat NUTFAT itu SYIRULLAH yang tersembunyi Zat Muthalaq dan huruf yang lima itu dari pada Fatihah yakni terbuka dari pada perbendaharaan KHASANAH karena inilah telah berkata setengah ULAMA’U. ALHAMDULILLAHI ILLA BIMA’RIFATIS SALAM: artinya Segala puji-puji itu bagi Allah melainkan mengenal jalan sejahteranya itu maka apabila seorang yang tiada kenal sejahtera itu maka ia berkata ALHAMDULILLAH maka berkata Malaikat Alkazib yakni dusta engkau. Ketahui olehmu hai Thalib adalah Alhamdu itu lima Fi’il meliputi oleh AL QUR’AN maka yaitu tiga baris dan suatu JISIM kedua TASJID ketiga yang menghidupkan dan suatu yang mematikan kepada semua huruf dan baris itu adanya. Dan asalnya waktu Zuhur itu dari pada huruf Alif maknanya dari pada Wujudullahu taala. Dan waktu Ashar itu asalnya dari pada huruf LAM maknanya dari padaILMULLAHU TAALA. Dan waktu maghrib itu asalnya dari pada huruf KHA maknanya dari pada QADRATULLAHU TAALA. Dan waktu Isya itu dari pada huruf MIM maknanya dari pada IRADATULLAHU TAALA. Dan waktu Subuh itu dari pada huruf DAL maknanya dari pada SYIRULLAHU TAALA maka dinamai ALHAMDU karena maknanya Esa Zat, Esa Sifat, Esa Asma, Esa Af’al, Esa Syirunya maka sempurnalah mengenal akan jalan sejahtera adanya. Dan adapun asalnya Qiama itu dari pada huruf Alif, asalnya Ruku itu dari pada huruf Kha dan asalnya Sujud itu dari pada huruf MIM dan duduk itu asalnya dari pada huruf DAL seperti firman Allah : WAQUUMU LILLAHI QAANITIYN : artinya Rukulah kamu serta mereka yang ruku : FASJUDU MA’AS SAAJIDIN artinya : Sujudlah kamu serta mereka yang Sujud. Maka Murad dari pada kata ini duduklah kita sembahyang serta orang yang sembahyang maka yaitulah dinamai Alhamdu. Disanalah hakekat mengenal jalan sejahteranya dan telah berkata Ulama’u Ahli Tahlik sebab sembahyang lima waktu itu karena Nabi kita tatkala mi’raj berhenti Ia pada lima tempat yaitu pertama dari mekkah ke Baitul Makdis dan dari Baitul Makdis ke Langit Dunia dan dari Langit Dunia ke langit yang ke tujuh dan dari langit yang ke tujuh ke Sidratul Muntaha dan dari Sidratul Muntaha ke Ka’bah Qusyaisyi inilah lima tempat perhentian seperti tersebut di dalam Qur’an. QAAF HAA AIN SHAAD. Tafsirkan olehmu yang tersebut disanalah Hakekat waktu yang lama adanya. Adapun Hakekat sembahyang yaitu lima perkara pertama Takbiratul Ikhram serta menyerahkan diri lepada Allah, kedua berdiri serta membesarkan Allah, ketiga membaca Fatihah serta munajad kepada Allah, keempat ruku serta menghinakan diri kepada Allah, kelima Sujud serta mendampingkan diri kepada Allah. Dan telah berkata ahli isyarat Takbiratul Ikhram serta menyerahkan diri itu maka yaitu isyarat kepada MAPAM Fana’a dan kedua berdiri itu serta membesarkan Allah itu maka yaitu isyarat kepada MAPAM Baqa dan ketiga membaca Fatihah serta Munajad itu yaitu isyarat keesaan Zat Zatullah atau zahi pada Wujudullah yang Esa, keempat ruku serta menghinakan diri itu maka yaitulah isyarat kepada keesaan Sifatullah atau zahir kepada Asmaullah, kelima Sujud serta mendampingkan diri itu maka yaitu isyarat senantiasa memandang kepada Syirullah dan duduknya itu maka yaitulah isyarat disaksikan kenyataan hamba dengan Tuhannya Wallahu Alam = SALLU KAMAARA’A ITUMUNI USALLI = artinya Sembahyang olehmu sebagaimana yang engkau lihat aku sembahyang hai ihwal adalah kamu dari pada orang yang melihat seperti sembahyang Nabi jikalau ada yang demikian itu maka syahlah sembahyang diri kamu. Dan adapun Allah taala menyuruhkan sembahyang kita dengan berdiri dan Ruku dan Sujud dan Duduk maka yaitulah karena Allah taala menjadikan di dalam bumi ini tiada sunyi ia dari pada empat sifat yang tersebut itu. Qias Mu’tabir. Dan adapun berdiri itu umpama pon kayu dan bukit dan adapun ruku itu umpama binatang yang berkaki empat dan adapun sujud itu umpama binatang yang melata diatas bumi dan duduk itu umpama batu-batuan dan segala rumput diatas bumi maka adalah segala yang tersebut itu membaca tasbih kepada Allah serta memuji Ia. Maka dari Allah akan pahalanya sekalian tasbih dan memuji kepada orang yang itu lebih dari pada segala tasbih kayu dan bukit dan batu dan binatang itu karena Allah taala Muliakan anak cucu Adam Alaihis Salam dari pada segala yang lain. Dan adapun hikmat Allah taala menjadikan sembahyang itu bersalah-salahan rakaatnya serta dua dan tiga dan empat karena Allah taala menjadikan makhluk itu bersalah-salahan kejadiannya. Dan adapun hakekat dijadikan Nabi Muhammad itu dari pada Nur dan Nabi Adam itu dari pada Tanah dan manusia yang lain sekaliannya dari pada mani yang setitik. Maka bersalah-salahan rakaatnya. Maka sembahyang yang lima waktu itu mendapat pahala lima puluh waktu atas orang yang sempurna. Ketahui halnya didalam empat perkara ini = WA AQIMU MA’AL QAIMIN’ WARKAU MA’ARRAKI’IN’ WASJUDU MAASSAJIDIN’ WAQ’UDU MAAL QAIDIYN. Artinya : Yakni berdirilah kamu serta orang yang berdiri, Rukulah kamu serta orang yang Ruku, Sujudlah kamu serta orang yang sujud dan Duduklah kamu serta orang yang duduk. Dan telah berkata Ahlul Muhakikun adalah Takbiratul Ikhram itu delapan huruf yang pada Allah yaitu Zat, Sifat, Asma, dan Af’al dan yang empat pada Muhammad yaitu Syidik, Amanah, Tabliq, dan Fathanah dan yang empat pada Allah itu masuk pada Lafad menjadi satu dan adalah Allah itu nama bagi Zat dan Akbar itu nama bagi Sifat karena Zat dan Sifat itu tiada tinggal dan tiada bercerai selama-lamanya. Ketahui olehmu hai Thalib perkataan ini seperti kami menyatakan dibawah ini maka paham dengan akal yang sempurna dan fikiran yang membawa kepada yang sebenar-benarnya. Maka adapun tatkala kita mengatakan Usalli Fardhan Zohri Arba’a Rakaatin Adaan Lillahi Taala Allahu Akbar. Maka adapun arti Usalli itu aku sembahyang yakni terlintas awal dan akhir zahir dan bathin maka paham dari pada kata ini Usalli itu diusulkan baik-baik dan ialah yang bernama Zat yang Wajibul. Wujud dan ialah yang menjalankan segala Amal dan tujuan Usalli itu ini berkehendak masuk kepada asal usul yakni datang dari pada awal dan kembali kepada akhir. Dan artinya Fardhu itu setelah wajib adanya Zat Allah taala keadaan ketahuinya fardhu diatas kita maka hendaklah kita turutkan Istana Nyawa yang berkalbul Mukminina Baitullah artinya Hati orang yang Mukmin Istana Allah yakni tempat yang dikehendaki akan Zatullah artinya tempat tilik oleh Allah akan perbuatan hambanya. Adapun arti Zohri maka yaitu kenyataan Tuhan itu zahir dan dari segala yang zahir dan bathin dari pada segala yang bathin artinya ada Burhan kepada kita seperti firman Allah taala. YAA AIYUHANNAASU QAD JAA AKUM BURHANUN MIN RABBIKUM WA ANZALNAA ILAIKUM NUURAN MUBIYNAA. Artinya hai manusia bahwasanya telah didatangkan kepada Burhan tanda keterangan dari pada Tuhanmu dan kami turunkan kepadamu Nur yang maha Nyata maka wajiblah kita syukuri dan selidiki sekalian runtuh dan sehabis-habis hujung tempat Hakekat sebenar-benarnya Af’al dan Asma dan Sifat dan Zat serta sungguh-sungguh mencari dan menuntut sekalian rahasia dari pada Musiad yang Kamil seperti rahasia Af’al dan sifat dan seperti firman Allah taala berikut ini : BALJAA AHUM BILHAKKI WA AKSARHUM BIL HAKKI KAARIHUN. Artinya : Tetapi telah datang akan mereka itu hak yang sebenar-benarnya yang mengandung atas Tauhid dan segala peraturan Agama Islam ini maka adalah kebanyakan mereka benci kepada hak sebenar-benarnya yakni kebanyakan Ahli Fiki ingkar mereka itu kepada ilmu sebenar-benarnya maka kata mereka itu ilmu wali-wali dan tiada ahli pada zaman ini dan jangan kamu beriman kepada perkataan itu semata-mata justa jua karena telah nyata dari pada Qur’an dan Hadist Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam. Dan arti Arbaa Rakkatin yaitu mengandung empat perkara pertama berdiri, kedua ruku, ketiga sujud, keempat duduk. Dan adapun arti ADAAN yaitu sempurnakan perintah Tuhan dan arti LILLAHI TAALA itu maka yaitu sekalian perbuatan dari pada permulaan Takbir sampai salam dengan karena Allah jua. Barang siapa tiada dapat yang demikian ini maka bukanlah ia sembahyang yakni menghadap kepada Tuhan sesungguhnya. Dan adapun sebenar-benarnya Amanah Nabi itu hendaklah terkandung didalam hadist maka yaitu : AL AWWALU WAL-AKHIRI. Artinya bermula dari mana awal dan begitulah akhir seperti firman Allah QUL YAA AIYUHANNAASU QAD JAA AKUMUL HAKKU MIN RABBIKUM FAMAN IHTADA FAINNAMAA YAHTADIY LINAFSIH. Artinya : Kata olehmu hai manusia bahwasanya telah datang akan kamu hak yang sebenar-benarnya dari pada Tuhan kamu maka barang siapa beroleh petunjuk ia kepada hak. Bahwasanya beroleh petunjuk ia bagi dirinya jua. Dan ketahui olehmu awal kita itu dua yaitu : awal dari bapak kedua awal dari ibu maka adalah awal dari pada bapak yaitu : AJAL yakni MAUT karena sebab FANA’A tatkala kita berjumpa dengannyalah nikmat Allah taala dan kematian itulah hendak dituntut atau diturut maka yaitulah hadist Nabi Sallallahu Alaihi Wasalam. MUUTUU QABLA AN TAMUUTU : artinya matikan diri kamu sebelum matimu dan jikalau cari jalan ini maka dinamai mati Ikhtiar yakni belajar mati dan kedua awal dari ibu itu bersama-sama Nyawa dan badan maka inilah jalan orang yang sebenar-benarnya jalan membawa kepada Rahasia Allah dan Muhammad. Maka jalan ini hendaklah cari kepada guru yang Mursid Kamil yang ada Ijtihad mereka itu pada jalan Hakekat dengan sebenar-benarnya. Maka hendaklah dituntut Hakekat dan Ma’rifat seperti Nyawa dan Badan dari mana awal begitulah akhir maka baharullah sah nabi mengakui akan umatnya. Maka inilah jalan yang tersembunyi didalam wujud kita. Sebab orang syareat tiada dapat mengetahui jalan ini dan dinamakan orang itu orang rukun dan bahagia, orang itu Cuma hukum amal saja dan martabatnya hambanya kepada Allah itulah saja, asal-usul tiada ketahui sebab itulah tiada memikirkan dirinya dengan sebab itulah berbantah-bantah dari pada perkara ilmu itu dosa besar menjadi Amat keji dan dendam, dengki, senantiasa. Maka demikian ini berbantah-bantah dari pada perkataan Nabi-Nabi dan Sahabat dan Ulama yang Muhakiki katanya : AHLUL SUNATI WAL JAMAAH. Segala umatnya di atas jalan Agama yang sebenar-benarnya firman Allah dalam Qur’an : QUL HAL YASTAWIL LADZIYNA YA’ LAMUUNA WALLADZIYNA LAA YA’LAMUN. Artinya : Katakan olehmu adalah sama orang yang mengetahui dan yang tiada mengetahui itu maka mengapakah berbantah-bantah dan berkelahi maka yang demikian itu orang yang suka melebih-lebihkan dirinya dan menyatakan dirinya itu betul yang lain itu salah semuanya. Maka yang demikian itu tipu akan dirinya jua seperti firman Allah : QUL TAZAKKARU ANFUSIKUM BIMANTTAQA.

INI FASAL PADA MENYATAKAN SEBAB SEMBAHYANG

Ketahui olehmu adapun sebab dijadikan Allah taala akan sembahyang Subuh 2 rakaat itu karena Allah taala menjadikan pertama NUR kedua Zulma yakni suatu siang kedua malam dan lagi isyaratnya Nyawa dan badan Zahir dan Bathin. Dan adapun gunanya itu suatu rakaat mengampunkan dosa siang dan satu rakaat mengampunkan dosa malam. Dan kata ahli isyarat subuh dua rakaat ibarat mengesahkan hamba dengan Tuhan keduanya itu Wahdat dan awal-awal yang sembahyangkan dia itu Nabi Adam Alaihis Salam. Dan adapun sebab sembahyang Zohor itu empat rakaat maka yaitu dijadikan Allah taala akan Nabi Muhammad dari pada empat sifat yaitu Wujud, Ilmu, Nur, dan Syuhud maka yaitu isyarat dari pada Takyun awal maka awal awal yang sembahyangkan dia itu Nabi Ibrahim Alaihis Salam. Dan adapun sebab sembahyang Ashar itu empat perkara karena Tuhan menjadikan Nabi Allah Adam Alaihis Salam dengan empat Anasir dan kata Ahlul Hak maka yaitu ibarat dari pada Takyun Saani maka adalah Takyun Saani itu empat perkara yaitu Qadim, Hayat, Qodrat, dan Iradat. Dan awal-awal yang sembahyangkan dia itu Nabi Yunus Alaihis Salam. Adapun sebab sembahyang Maghrib itu tiga rakaat karena Martabat Allah itu tiga perkara yaitu AHDAT, WAHDAT, WAHDIAT dan awal-awal yang sembahyang Dia itu Nabi Isa Alaihis Salam, dan adapun sebab sembahyang Isya itu empat rakaat karena menjadikan anak cucu Adam itu dari pada empat darah yaitu : Putih, Kuning, Merah , dan Hitam dan yaitu ibarat dari pada Takyun Salaasa karena Takyun Salaasa itu empat perkara yaitu NUR, ROH, AKAL, dan KALAM dan kata lagi DAL WAU MIM dan ALIF MIN HA HA dan awal-awal yang sembahyangkan dia itu Nabi Musa Alaihis Salam. Dan adapun sebab sembahyang Witir satu rakaat itu maka yaitu menunjukkan Tuhan kita itu Esa dan tiada yang menjadikan dia itu melainkan bagi Nabi kita Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam tetapi kita pun demikian jua telah tersebut di dalam Kitab NASAHIDDINIH QALLA ALAIHIS SALAM ALWITRI HAKKU FAMAN LAM YUWITRI FALAISA MINNA. Artinya Yakni bermula sembahyang witir itu telah benar maka barang siapa meninggalkan sembahyang witir itu maka yaitu tiada ia mengikuti syareat Nabi Muhammad. Dan maka adapun hamba yang tersebut diatas ini maka yaitu dalil kita yang Muntabir jua Antahiy. Firman Allah taala: WAJA ALNA LIKULLI SYAI’IN SABABAA. Artinya : Kami datangkan segala sesuatu itu dengan sebab artinya : jikalau tiada jadi tiap-tiap sesuatu dengan sebab maka tiadalah wajib kita mengerjakan barang sesuatu. Maka sebaik-baik ilmu itu hendaklah dipikir sebab itu. Ketahui olehmu : hai Thalib bahwa Hakekat Sembahyang itu seperti yang telah tersebut diatasnya tiap-tiap satu fasal itu maka apabila selesai kita dari pada Qamat maka sunat mengatakan lafadz niat itu dengan lidah. Jika sembahyang Zuhur itu demikian lafadznya USALLI FARDHAN ZOHRI ARBAA RAKAATIN LILLAHI TAALAH ALLAHU AKBAR. Usalli Fardhan. Zohri apa hakekat kita dan tatkala mengatakan Allahu Akbar apa ada ma’rifat kita. Maka ketahui olehmu tatkala mengatakan Usalli Fardhan Zohri itu masuk kepada pintu Tauhid dan tatkala mengatakan Allahu Akbar itu masuk kita pada pintu Ghaibul Ghaib Wallahu Alam. Maka inilah jalan yang kita pikirkan menjadi Ilmu yang memberi manfaat dan menolong marabahaya yang amat Mudharat.

INI SUATU PASAL PADA MENYATAKAN SYARAT BAGI
HAKEKAT TAKBIRATUL IKHRAM

Bermula syarat bagi Hakekat Takbiratul Ikhram itu hendaklah kita khadarkan mata hati, musyahida kepada Zatullah dahulu dari pada Takbiratul Ikhram. Maka kita niatkanlah di dalam hati hendaklah segala hati, tubuh, dan perasaan kita semuanya menghadap dan menuju Tuhan. Maka tatkala kita kata olehmu USALLI maka memulangkan amanah Allah yang ditanggung kepada kita. Dan apapun yang dinamakan amanah itu yaitu wujud yang kasar yang menanggung. Wujud kita yang bathin dan yang mengamalkan itu Allah taala. Maka inilah yang menanggung amanah dari pada Allah, seperti firman Allah taala berikut ini : INNALLAHA YA, MURUKUM AN TUWADDUUL AMAANAATI ILLA AHLIHAA. Artinya : Bahwasanya Allah taala menyuruh akan kamu mengembalikan amanat itu maka hapus karam sekalian Sifat Basyarih diri kita didalam laut Bahrul Qadim maka nyatalah sifat laut semata-mata yaitu laut Ilmullah. Maka kata olehmu Allahu Akbar telah fana’a lah sekalian keadaan zat diri kita yang kehambaan maka nyatalah baqa keadaan Zatullah semata-mata inilah yang kita syuhudkan sampai kepada salam. Maka janganlah kamu lalai dari pada perkataan ini. Dan apapun artinya syuhud itu dipandang dengan mata hati dan mata hati itu pengetahuan nyawa dan dan Ilmu nyawa dan yang sebenar-benarnya ilmu nyawa itu Iman pada kita dan yang sebenar-benarnya Syirullah itu cahaya Kalam Zatullah yang tiada huruf dan tiada suara yaitulah wujud yang Muthalaq. Lihat olehmu seperti Firman Allah : AM TUHLIKU MIN SYAI IN AM HUMUL GHALIKUN. Artinya : adalah mereka dijadikan dengan tidak daripada sesuatu atau mereka yang menjadikan diri mereka yakni tiadalah diketahui yang mendahului dari pada kamu kepada Allah atau kamu dahului dari pada sesuatu. Maka hendaklah kamu ketahui adalah dahulu bagi yang lain yakni menjadikan atau kamu mengadakan yang lain maka hendaklah dikenali oleh kedua-duanya itu maka tiada boleh tiada tiap-tiap yang menjadikan dengan yang kena jadi itu tiada boleh bercerai sekali-kali maka dustalah fana’a sekalian zat keadaan zat diri kita dan nyatalah baqa keadaan Zatullah semata-mata dan jua lagi tafsirkan olehmu akan ayat dengan halus niscaya berjumpalah kamu yang menjadikan sama yang kena jadi itu terlalu hampir sekali-kali maka baharulah kamu menyatakan Allahu Akbar dan inilah kita syuhudkan maka inilah pakaian sekalian aulia Allah dan sekalian Arif Billah yang Kamil Mukamil inilah Makarni kamaliah namanya. Barang siapa dapat memakai akan Makarnih ini jikalau anak-anak berumur tujuh tahun sekalipun dihukumkan Wali dan Aulia dipeliharakan Allah dari pada sekalian azab masa matinya hingga kepada hari kiamat misalnya orang tidur malam dan bangun pagi apda perasaan seperti Firman Allah : ALLAHU YATAWADHAL AN FUSU HIYNA MAUTIHA WALLATI LAM TAMUTU FIYMANAA MIHAA : artinya Allah taala jua menggenggam segala Nyawa yakni dimatikan pada ketika matinya dan menggenggam yang tiada matinya pada ketika tidurnya yakni mematikan Allah akan mereka itu dengan lezat seperti tidur jua tiada pada perasaan syahidan telah berkata Ibnu Rasulan di dalam Zabid : WAKULLU MAN BIGHAIRI ILMI YA’ MALU’ A’ MALUHU MARDUUDATAN LAATAKBAL : artinya Barang siapa beramal dengan tiada ilmu maka amalnya itu terlupa tiada beriman akan dia hai saudara-saudara maka fakir olehmu apa guna kita beramal lintang pukang dengan tiada ilmu. Lebih baik kita dari pada baca-baca siang dan malam dan amal yang baik-baik., jikalau tidak diterima oleh Allah bukanlah menjadi sia-sia maka tuntut olehmu akan ilmu yang sempurna pada hakekat kepada Guru yang Mursid (yang sempurna) mendapat supaya terpakai amal kita kepada Allah dan lagi katanya. INNA ASADDANNAASI AZAABAN YAUMAL KIAMATI ALIMUN LAM YANFAUHU ILMIHI. Artinya : Bahwasanya terlebih sangat dari pada segala manusia kena siksa pada hari kiamat yaitu orang yang alim yang tiada memberi manfaat akan dia oleh ilmunya yakni yang tiada mengamalkan ilmunya. Ketahui olehmu lafadz Allah itu empat huruf maka yaitu : ALIF, LAWALAL, LAM AKHIR dan HA maka yang empat itu jadilah makam Tauhid yang empat yakni Istana yang empat yakni Istana yang empat Pertama Makam Tauhid Zat Kedua Makam Tauhid Sifat Ketiga, Ketiga Makam Tauhid Asma, keempat Makam Tauhid Af’al dan juga Makam Tauhid Zat Istana kepada ALIF, kedua Makam Tauhid Sifat Istana kepada Lam Awal , dan Makam Tauhid Asma Istana kepada Lam Akhir dan Makam Tauhid Af’al Istana kepada HA. Maka arti Istana Makam yang empat yaitu empat Tajli Zatullah dan berkata ahli isyarat. Bermula ALIF itu jadi dalil menunjukkan Zatullah dan Lam Awal itu menunjukan Sifatullah dan Lam Akhir itu menunjukkan Dalil Asmaullah dan Ha itu menunjukkan Dalil Af’alullah dan lafadz itu dinamai Alam Jaziah yaitu segala arif Billah memandang akan Asma Zatullah semata-mata maka tiada ia memandang akan yang lain dari padanya hanya yang dipandang itu Zatullah jua yakni tiada melihat ia akan dirinya yang mengenal Allah itu pada hakekatnya karena tiada sesuatu yang lain daripada Allah hanya jua yang lain dari pada Allah hanya Zat yang ada meliputi pada sesuatu Sabda Nabi Sallallahu Alaihi Wassalam. ARAFTU RABBI BIRABBIY : artinya Aku kenal akan Tuhanmu itu dengan Tuhanku yakni dengan di negeri hanya kepadaku dan katanya lagi, bermula ALif itu dinamai Alam Ihwat yakni Alam Rahasia dan Lam Awal dinamai Alam Jabirut yakni kenyataan segala sifat dan Lam Akhir itu dinamai Alam Malakut yakni tanda kenyataan segala Asmaullah yang elok-elok dan HA itu dinamai Alam Syahadat dan Alam Mulku yaitu dipandang oleh mata kepala dan mata hati artinya tanda kenyataan segala Af’aullah yang Maujud dan telah berkata Ulamau Muhakiki, bermula Alif yang pada lafadz Allah itu dinamai Alam JAMA’A yaitu : SYUHUDUL WAHDATA FIYL KASYI FIYL KASIYRATA : artinya : Tanda kenyataan yang Esa di dalam yang banyak dan katanya lagi ALIF itu tiga baris yaitu baris diatas baris dibawah, dan baris didepan itu ibarat Af’al dan apabila engkau ketahui akan Alif itu tempat berdirinya segala baris maka hendaklah engkau kenal akan Zatullah tempat berdirinya segala sifat Kamaali dan Jamali dan Jalali dan segala nama yang elok, seperti firman Allah taala : WALILLAHIL ASMAUL HUSNA MAD’UHU BIHA, artinya Ada lagi Allah itu beberapa nama yang baik maka berdoalah kamu kepadaNya dengan Dia. Dan adapun lafadz Akbar itu maka yaitu diambil dari pada nama AHMAD dan artinya AHMAD itu makam Tasydik yang empat maka yaitu : Alif Hakekat Muhammad yang Awal dan Kha itu Hakekat Muhammad yang Akhir dan MIM itu Hakekat Muhammad yang Lahir dan Dal itu Hakekat Muhammad yang Bathin dan berkata setengah dari pada Arifin bermula Muhammad yang Awal itu NURANI namanya dan Muhammad yang Akhir itu Sifat Ruhaani namanya dan Muhammad yang Lahir itu Sifat Insaani namanya dan Muhammad yang Bathin itu Sifat Rabaani namanya. Bermula umat Nabi Musa Alaihis Salam adalah diatas langit yang keenam dinamakan tempatnya itu Baitul Izat maka sekalian umat yang disana ditarik Nabi kita dengan katanya AHMAD NURANI. Bermula umat Nabi Adam Alaihis Salam adalah diatas langit yang pertama dinamakan tempatnya Baitul Hafazah, maka sekalian umat disana itu ditarik Nabi kita dengan katanya AHMAD RUHAANI. Bermula sekalian manusia di atas bumi alam yang pertama ditarik Nabi kita dengan katanya AHMAD INSAANI. Dan bermula sekalian Jin diamnya dibawah tujuh petala Bumi maka sekaliannya ditarik Nabi kita dengan katanya AHMAD RAABANI dan inilah yang tersebut Tasydik yang empat dan sifat yang empat itu Zahir dan bathin adanya Wallahu Alam. Dan jikalau berkehendak terang kenyataan lihat olehmu didalam salawat yang bernama AL-MUNAJATUL MUHAMMADIAH dari pada sifat yang empat yang telah tersebut itu lagi terang dan nyata adanya. Dan telah berkata ULAMA yang MUHAKIKI = MIN ABADAL ASMAU DUUNAL MA’NA FAQAD KAFARA; artinya : Barang siapa menyembah nama saja tiada dengan makna maka yaitu Zatullah menjadikan ia sesat melarat dengan dunia dan akhirat dan kata lagi; WAMAN ABADAL MA’NA DUUNAL ASMAU FAQAD NAFAQA ; artinya Barang siapa menyembah akan makna dengan tiada nama maka sesungguhnya jadilah ia munafik dan kata lagi; WAMAN ABADAL MA’NA BIHAKEKATIL MA’RIFATI FAHUA MU’MINU HAKKU; artinya Barang siapa mengenal nama yaitu Allah dan……….

RUKUN SEMBAHYANG

Rukun Sembahyang terdiri dari 13 perkara yakni : NIAT, BERDIRI BETUL, TAKBIRATUL IKHRAM, MEMBACA FATIHAH, RUKU, I’TIDAL, SUJUD, DUDUK ANTARA DUA SUJUD, DUDUK, MEMBACA TAHUYAT, MENGUCAPKAN SALAWAT NABI, MEMBERI SALAM dan TERTIB. Dalam tiga belas perkara ini dapatlah terhimpun menjadi 3 Rukun yaitu RUKUN KAIBI, RUKUN KAOLIAH, RUKUN FI’ILIAH
SEBAGAI PENJELASAN MAKA CAMKANLAH SKEMA DIBAWAH INI

NIAT BERDIRI BETUL TAKBIRATUL IKHRAM MEMBACA FATIHAH RUKU I’TIDAL SUJUD DUDUK ANTARA DUA SUJUD DUDUK TAHIYAT TAHIYAT AKHIR MEMBACA SALAWAT MEMBERI SALAM TERTIB


K A L B I
K A O L I A H F I’ I L I A H
Z O H R I F A R D H A N U S A L L I

A L L A H U A K B A R

TAKYUN TAKRUZ QASYAD


RUKUN SEMBAHYANG

Pada lembaran lain telah diterangkan bahwa sembahyang itu terdiri dari 13 perkara yang didalamnya terhimpun menjadi 3 perkara, demikianlah tubuh Umat dapat juga terbagi 13 perkara dan terhimpun 3 perkara pokok yaitu 4 perkara amalan dari Ibu dan 4 perkara amalan dari Bapak dan 5 perkara dari Allah SWT, yang dari Ibu yaitu daging, urat, darah, dan sum-sum dan yang dari Bapak yaitu tulang, kuku, rambut, dan gigi dan yang dari Allah SWT yaitu: pendengaran, penciuman, penglihatan, perasaan dan Nyawa. 4 perkara dari Bapak itu terpokok dari Qodrat dan Iradat Allah juga adanya.

DARAH SUMSUM DAGING URAT RAMBUT KUKU NYAWA PERASAAN PENCIUMAN PENGLIHATAN TULANG GIGI

ALLAH
BAPAK IBU
ALLAH MUHAMMAD ADAM

WALA KHAULA WA LA QUUWATA ILLA BILLAH
ZATULLAH SIFATULLAH ASMAULLAH AF’ALULLAH

Sehari semalam sembahyang itu lima kali terdiri dari 4 rakaat yakni Zuhur, sembahyangnya 4 rakaat mulai dari tergelincirnya bayang-bayang sehingga bayang-bayang itu tepat pada asalnya. Ashar, sembahyangnya 4 rakaat waktunya dari mulai bayang-bayang itu tepat pada asalnya sehingga matahari terbenam. Maghrib, sembahyangnya tiga rakaat waktunya dari terbenam matahari hingga hilangnya cahaya merah ditepi laut. Isya, sembahyangnya empat rakaat waktunya dari menghilangnya cahaya merah di tepi laut hingga terbit fajar sidik. Subuh, sembahyangnya 2 rakaat waktunya mulai dari terbit fajar hingga matahari terbit, dalam hal ini timbul pertanyaan : dalam hal ini tentu : Jika sembahyang itu makhluk maka dimanakah badannya dan dimana nyawanya, jawab : Badan sembahyang itu AHMAD dan nyawa sembahyang itu MUHAMMAD. Dengan ini tentu masih lagi menghendaki penjelasan tentang badan dan nyawa sembahyang itu AHMAD dan MUHAMMAD.
Badan sembahyang itu AHMAD karena : berdiri itu huruf ALIF, Ruku itu huruf KHA, Sujud itu huruf MIM dan duduk itu huruf DAL dan nyawa sembahyang itu MUHAMMAD karena yang mengerjakan sembahyang itu MUHAMMAD karena kepala itu huruf MIM AWAL, badan dan selangkah itu huruf KHA dan Sulbi itu huruf MIM AKHIR dan kedua kaki itu huruf DAL. Demikianlah dan penjelasan selanjutnya lihat skema bawah ini.

D U D U K SKEMA BADAN SEMBAHYANG B E R D I R I
ANTARA DUA
SUJUD N I A T TAKBIRATUL IKHRAM I’TIDALS U J U D

KETERANGAN
Adapun bermula manusia itu dijadikan berupa Cahaya dan bertempat di demak (otak) bapak, dalam selama 40 hari dalam keadaan demikian (alam arwah) maka Nur telah di sulbi bapak, dalam selama ini pula bapak kurang nafsu makan hanya ingin kepada yang asam-asam seketika cahaya tadi berada dalam sulbi, bapak jamak dengan ibu gugurlah maka menjadi berjuta-juta sel yang hidup dalam mani. Selama bapak jamak dengan ibu gugurlah mani itu dalam rahim ibu dan disanalah sel-sel tadi hidup ia merupakan air dalam kaca inilah yang disebut NUTFAT, dalam selama 40 hari demikian yakni dalam sehari ke sehari menjadilah segumpal darah dengan merupakan titik BAA inilah yang dinamai ALA QAT, dalam selama 40 hari pula serta dalam keadaan kedua kejadian ini Nutfat dan Alaqat sudah ini kejadian Miysal. Masa ini haid ibu telah tertahan lebih dua bulan, ibu malas kurang nafsu makan ingin makan yang asam-asam. Dalam keadaan ini dari sehari ke sehari berubah bentuknya akhirnya darah tadi menjadi daging dan bentuk telah berubah badan (ALIF) keadaan inilah yang disebut (MUDGHATA) dan inilah yang disebut Alam Ajsam. Dan keadaan demikian yakni dari sehari ke sehari berubah pula daging tadi menjadi tulang inilah yang disebut Alam Insan. Maka dalam keadaan dari sehari ke sehari bentuknya yakni tulang tadi dibungkus daging sehingga selam 110 hari selesailah suatu tubuh umat yang sempurna dan zahirlah dialam kabir.

FARDHU SEMBAHYANG
Dalam sehari semalam fardhu sembahyang yang terdiri dari ucapan Alhamdu : 1. Zuhur itu huruf Alif, 2. Ashar itu huruf Lam, 3. Maghrib itu huruf Kha, 4. Isya itu huruf Mim, dan 5. Subuh itu huruf Dal.
Selanjutnya maka dalam lembaran yang telah lalu sudah diterangkan bahwa sembahyang itu makhluk dengan ini perlu dijelaskan bahwa : 1. Zuhur itu dalam keadaan alam Arwah, 2. Ashar itu dalam keadaan alam Misyal, 3. Maghrib itu dalam keadaan alam Ajsam, 4. Isya itu dalam keadaan alam Insan, dan 5. Subuh itu dalam keadaan alam Kabir (Zahir). Demikianlah hikmat sembahyang lima waktu itu sejak dari rukun-rukunnya baik rakaatnya dan sebagainya adalah tiada luput dari keadaan umat sejak pula dari alam ghaib hingga Zahir pada alam Kabir. Dari sebab itu kapada barang siapa meninggalkan salah satu waktu tersebut diatas maka seolah-olah ia meruntuhkan keadaan dirinya sendiri sejak dari alam ghaib hingga masa zahirnya di alam kabir. Ketahui olehmu bahwa dalam mentasdihkan sembahyang lima waktu itu tak ubahnya dengan mensucikan dirinya dalam tiap-tiap alam diatas. Demikian maka kepada yang tak meninggalkan sembahyang itu sebagai ia mandi lima kali sehari semalam.
Penjelasan selanjutnya maka camkanlah skema dibawah ini.


ASAL KEADAAN MANUSIA DIDALAM ALAM GHAIB

Allah berfirman : FAL YANZURUL INSAANU MIMMA KHULIKA MIN MAA’I DA AFIK YAHRUJU MIN BAYINI SULBI WATARAAIB.
Artinya: Manusia itu dijadikan (asal) dari pada air tertumpah dari Sulbi (Tulang Belakang) laki-laki ke Taraaib (Rahim Perempuan).
Lagipula Allah berfirman : WALAQAD KHALAKNAL INSAANA MIN SULAALATI MIN TIYN SUMMA JA ALNAAHU NUTFATAN FIY QARARIN MAKIN, SUMMA JAALNAL NUTFATAN ALAQATAN FAHALAKNAL ALAQATAN MUDGHATANIZAAMA LAHMAA SUMMA INSAANA AKHARA FATABARAKALLAHU AHSANUL HALIKIYN.
Artinya: Manusia itu dijadikan (asal) dari pada tanah kemudian dijadikan segumpal darah lalu darah itu menjadi daging dan daging itu menjadi tulang dibungkus daging lalu menjadi makhluk yang sempurna sesungguhnya Allah Maha bijaksana menjadikan.

2 komentar:

mahfut efendi mengatakan...

“ MAN ‘ABDIL ISMI DUUNALMA’NA FAHUWA KAAFIRUN “
Artinya : siapa menyembah nama tiada makna adalah kafir.
“ MAN ‘ABDIL ISMI DUUNAL MA’NA FAHUWA MUNAFIQ “
Artinya ; siapa menyembah makna tiada nama maka ia munafik.


mohon koreksinya

Shamsul Bahrain mengatakan...

Salam saudara, adakah saudara muridin kepada Hj Talib?